Bertahan di Rumah, Kesempatan Baik Membuat Anak Jatuh Cinta pada Buku



Buku sebagai gudang ilmu, dan membacasebagai proses efektif untuk membukanya menjadi sebuah keharusan bagi manusia yang selalu ingin melejitkan kemampuan nalarnya. Dengan buku, manusia mampu mengenal keadaan masa lalu, saat ini dan yang akan datang. Dengan buku pula, manusia mampu memahami manusia lain dan juga Tuhannya.

Hal senada, dengan buku juga, manusia mampu membingkai kehidupannya menjadi sebuah narasi yang enak dan nikmat untuk dihayati. Namun, apakah semua manusia mampu mencintai buku seperti mencintai kehidupannya?

Ya, manusia tak kan mungkin mencintai buku seperti ia mencintai "kekasihnya" tanpa ada hal yang membuatnya menarik untuk mencintainya. Apapun itu, mencintai buku adalah bagian dari kebutuhan jiwa yang harus dipenuhi. Mencintainya berarti memperlakukan buku dengan sepenuh hati; menghormatinya dan tak mengecewakannya dengan membacanya.

How to love it? Ada beberapa hal yang harus dilakukan manusia untuk menumbuhkan benih-benih cinta pada buku sedari dini. Tugas beratnya tak lain adalah teruntuk orang tua yang sedini mungkin harus menularkan "virus cinta" tersebut dengan sepenuh hati.

Tata buku yang ada, sebaik dan semenarik mungkin

Ya, bertahan di rumah dengan tidak mudik dan bepergian adalah kesempatan baik bagi orang tua dan putra-putrinya untuk menata koleksi buku yang ada. Dengan menatanya sebaik dan semenarik mungkin menjadikan 'ruh' buku semakin terpancar ke segenap ruangan yang ada di dalam rumah.

Mengkategorikan dan mengklasifikasikannya seperti layaknya perpustakaan nasional menjadi hal yang membuatnya lebih menarik, selain lebih rapi juga membuat anak semakin 'terprovokasi' untuk menyentuh dan membacanya.

Jadilah panutan

Dengan melihat kedua orang tuanya sering 'bersentuhan' dengan buku, maka 'virus-virus cinta' itu pun akan menghampirinya tanpa ia paksa.

Contoh yang baik adalah sebuah keniscayaan bagi mereka yang ingin menjadikan keturunannya pencinta buku sejati. Hindari menyuruh dengan kata-kata, karena itu akan membuat mereka jengah, namun tariklah perhatian mereka dengan contoh yang baik.

Ajaklah ke toko buku

Dalam kondisi saat ini -dirasa- berat untuk mengajak anak ke toko buku, sekalipun toko besar sekelas Gramedia, namun para orang tua bisa mensiasatinya dengan membimbing Si Anak memilih buku yang disukainya dalam toko buku versi online-nya.

Seperti halnya seorang guru, orang tua pun -sejatinya- adalah sosok yang selalu ditiru oleh buah hatinya, apalagi intensitas kebersamaan mereka semakin tinggi ketika harus sama-sama berada di dalam rumah dalam waktu yang lama.

Untuk para orangtua, jadilah panutan bagi buah hatinya, dalam hal apapun; terkhusus dalam menularkan kebiasaan membaca buku di waktu yang senggang atau waktu-waktu yang memang telah diatur sebelumnya.

Hal ini akan menjadi kegiatan yang menyenangkan, sekaligus kegiatan yang dapat mengawinkan 'nafsu berbelanja' anak dengan kegiatan memilih buku yang lebih bermanfaat.

Kegiatan ini bisa menjadi wadah rutin di setiap pekan atau bulannya, untuk tetap menjaga ketertarikan Si Anak kepada buku. Tidak harus dipaksa memilih satu genre buku, namun dengan membebaskan mereka memilih buku sesuai perkembangannya justru akan membuatnya lebih mencintai buku.

Batasi penggunaan gadget

Ribuan e-book bertebaran, dan bisa dibaca kapanpun dan dimanapun dalam sebuah gadget, namun membaca sebuah buku dengan bentuknya yang khas; kertasnya yang khas dan aromanya yang khas menjadikan buku tetap menjadi pilihan yang menyenangkan untuk dibaca.

Maka, membatasi diri dalam penggunaan gadget dan menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan sebuah buku justru hidup akan terasa lebih 'natural'.

Terlebih-lebih, Sang Buah Hati yang selalu bernafsu untuk bermain dengan gadget, baik smartphone atau perangkat lainnya, dengan memberinya kesempatan untuk berinteraksi dengan buku, maka akan membuatnya lebih 'sehat' baik secara mental maupun fisik.

Buat program yang melibatkan buku

Apapun kegiatannya di dalam rumah, tidak salahnya melibatkan unsur buku di dalamnya. Seperti halnya mencari sebuah harta karun, orang tua bisa membuat semacam kuis, yang jawabannya harus ditemukan dalam sebuah bacaan yang ada dalam buku tertentu. Semua orang rumah -mungkin- bisa dilibatkan, dan hal itulah yang membuatnya lebih menyenangkan.

Tidak hanya itu, menyuruh anak membuat semacam resensi dari buku yang dibacanya kemudian memberinya sedikit reward maka ini pun salah satu contoh yang baik dalam meningkatkan ketertarikan Si Anak pada buku.

Cinta akan buku tidak bisa dipaksa, seperti halnya cinta pada sesama manusia, namun menjadi 'makcomblang' antara Sang Buah Hati dan buku menjadi tugas yang harus dijalankan oleh kedua orang tua. Racikan menarik yang diprogramkan orang tua di rumah menjadi keniscayaan baginya untuk menumbuhkan benih-benih cinta Si Anak pada buku.

Buku adalah gudangnya ilmu, kalau generasi kemudian tak bisa mencintai buku, maka siapa lagi yang akan membuka 'kunci gudang' tersebut? Sembari bertahan di rumah, inilah kesempatan terbaik untuk membuat mereka jatuh cinta pada buku. (*)

Comments

Popular posts from this blog

Minat Baca Hilang, Taman Bacaan Dijual

Virus Negatif Vs Virus Positif

Minat Baca Tumbuh Setelah Menulis